Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 18 Desember 2010

psikologi islami

The Ultimate Force
Oleh: Bagus Riyono, M. A.
Menurut Einstein, ilmu bukan semacam Avatar, The Legend of Aang, yang mempelajari 4 elemen yang ada di Bumi (air, udara, api, bumi {tanah}), tetapi ilmu merupakan segala hal yang telah berserakan di dunia dan mencoba kita strukturkan. Kita menghindari ketergesa-gesaan dalam proses penggalian ilmu.
Selanjutnya, kita akan pahami bahwa hidup adalah sebuah perjalanan….
“Setiap orang yang tidak cukup cerdas akan dengan mudah membuat suatu masalah kecil menjadi besar. Dan dibutuhkan seorang jenius dan keberanian untuk menggiring ke arah sebaliknya….” (Einstein)



  • Indonesia, The Sleeping Giant
Tahun 1955, National Geographic menyimpulkan bahwa Indonesia adalah raksasa muda; negara yang merdeka dengan usaha sendiri, bangsa dengan jumlah penduduk yang luar biasa banyak dan multietnis. Saat itu, Indonesia dengan Ganefo-nya (olimpiade tandingan negara-negara maju) dapat menunjukkan Indonesia sebagai sebuah negara yang berpengaruh di Asia-Pasifik; dan tentu, cukup ditakuti.
Namun, 50 tahun kemudian, Indonesia tidak tumbuh seperti yang diharapkan. Prediksi ketika itu, dengan gotong royong yang dimiliki bangsa Indonesia, dengan seluruh kekayaan alam yang luar biasa indah dan kaya raya, Indonesia dapat tumbuh menjadi bangsa yang sejahtera. Paradoks pertama, Indonesia gagal meraih prediksi itu.
Human development Indonesia jauh lebih rendah dibanding Filipina yang konon termasuk negara yang cukup ‘kacau’. Tingkat inflasi di Indonesia juga menduduki peringkat paling tinggi. Populasi Indonesia yang sangat besar sering menjadi alasan mengapa Indonesia tidak berkembang. Namun, alasan itu tidak berlaku karena China yang memiliki penduduk 5 kali lebih banyak dari Indonesia ternyata mampu berkembang menjadi negara yang luar biasa. Dan yang mencengangkan, pendapatan per kapita China jauh lebih besar dibanding Indonesia, dengan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan jauh lebih sedikit dibanding Indonesia. Masih banyak indikator lain yang menunjukkan bahwa Indonesia tidak tumbuh sesuai yang seharusnya. Ya. Yang seharusnya Indonesia mampu mencapainya.
Tak hanya itu. Dalam bidang pendidikan, Indonesia termasuk negara yang memiliki pengeluaran yang minim untuk pendidikan. Indonesia merupakan negara dengan penganut Islam terbesar di dunia, tetapi belum cukup kuat untuk ‘membuat’ sesuatu yang bermakna; bagi Islam sendiri. Hal-hal itulah yang menyebabkan Indonesia menjadi negara paradoks. Indonesia tidak dapat memanfaatkan dengan baik apa yang telah Tuhan berikan pada tanah air ini. Indonesia sudah cukup ternina-bobokan oleh gemah ripah loh jinawi.
Abad 11-12 merupakan zaman Ibnu Sina. Beliau mempelajari Filsafat Aristoteles yang kemudian muncul paham Avicenaism –yang mengawali teori yang terkenal dengan tabula rasa–. Berawal dari seorang murid Ibnu Sina yang membuat tulisan –yang diyakini merupakan novel pertama di dunia–, kemudian menginspirasi seorang penulis di Barat untuk membuat sebuah kisah –yang diyakini Barat sebagai novel pertama–, dan menginspirasi teori tabula rasa. Dalam tulisan itu disebutkan oleh si murid, seorang bayi akan dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain di suatu pulau di dunia ini. Murid tersebut menganalisa pulau-pulau di seluruh dunia. Kemudian, dia menyimpulkan, satu pulau itu yang dapat membuat seorang bayi tetap dapat bertahan hidup, dengan musim yang setiap manusia dapat hidup dengan tenang; tidak pernah mengalami musim yang terlalu dingin ataupun musim yang terlalu panas. Pulau itu terletak di Samudra Hindia. Dan gambaran pulau itu adalah sebuah kepulauan bernama Indonesia….
Subhanallaaah…. Betapa sesungguhnya Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang luar biasa kaya, dan bangsa yang seharusnya bisa menjadi negara yang sangat berpengaruh di dunia. Namun, rupanya kondisi psikologis Indonesia tidak cukup mendukung karunia luar biasa yang Allah berikan. Kebiasaan hidup dalam zona aman; dengan kekayaan alam yang sedemikian luar biasa –yang memanjakan; hal itulah yang diduga menjadi penyebab mengapa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang ‘malas’. Kondisi psikologis yang ternyata tidak berkembang menjadi lebih baik dibanding sebelumnya….
  • The Rises and Falls of Civilization
Sejak zaman Nabi Adam, banyak masyarakat yang muncul, kemudian tenggelam; bangkit, kemudian hancur. Bahkan Ibnu Khaldun (bapak Sosiologi) terinspirasi oleh ayat dalam Al Qur’an yang menyatakan bahwa sejarah dalam peradaban manusia pasti berulang. Beliau memberikan ulasan dalam bukunya berjudul Mukadimah (Sejarah), sejarah dipahami oleh generasi berikutnya bergantung pada siapa penulisnya.
Ibnu Khaldun membagi dunia menjadi 7 zona. Kemajuan peradaban memang hanya mungkin terjadi di zona-zona tertentu; dari 7, hanya 2 zona yang dapat mengalami kemajuan. Namun, bukan itu yang penting. Yang terpenting adalah karakteristik zona-zona tersebut. Karakteristik pertama adalah memiliki iklim yang tidak ekstrim. Namun, teori tersebut dibantah oleh Adam Smith. Menurut Adam Smith, ada 2 hal yang membuat sebuah bangsa maju, yaitu: kemampuan dari para pekerja dan pemerataan penyebaran pekerja yang memiliki kemampuan itu. Jadi, tidak penting di mana letak suatu bangsa. Jika 2 hal itu terpenuhi, maka majulah bangsa tersebut. Adam Smith-lah yang menolak pembagian dunia menjadi 7 zona ini.
Max Weber, pengembang protestan ethics, justru melakukan perbandingan provokatif antara Protestan dan Katolik. Menurutnya, beribadah dalam konteks Katolik hanya di gereja, biara, di tempat-tempat ibadah. Berbeda dengan Protestan yang mengajarkan bahwa semua yang dilakukan manusia di dunia ini adalah ibadah. Oleh karena itulah, kapitalisme ataupun perkembangan ekonomi yang mengedepankan eksploitasi dan persaingan bebas dapat berkembang pesat. Teori ini ditentang oleh seorang Katolik, McClelland yang terkenal dengan teori motivasinya.
Menurut McClelland, nilai-nilai ‘mengandalkan diri sendiri’ yang dimiliki orang-orang dibawa dari orang tua ke rumah. Hal itulah yang menyebabkan berkembangnya nilai-nilai kemandirian dan keahlian. Dengan klaimnya, McClelland mengatakan bahwa hal paling mendasar dalam kemajuan ataupun perkembangan ekonomi adalah need for achievement, bukan terletak pada apa keyakinan yang dipegangnya.
Masyarakat berkaitan erat dengan adanya hukum di dalam suatu masyarakat. Perlu ditegaskan bahwa hukum dan keadilan berbeda. Hukum sering dijadikan pemicu permasalahan yang ada di dunia, terutama di Indonesia sendiri. Di Indonesia, hukum dibentuk karena adanya pelanggaran. Berbeda dengan Al-Qur’an di mana hukum memang sudah ditetapkan sejak awal; bahkan jauh sebelum adanya pelanggaran. Satu hal yang perlu disadari, setiap perumusan hukum juga mempertimbangkan sisi psikologis masyarakat itu sendiri.
Setiap masyarakat, ketika mereka berniat untuk menuju menjadi bangsa yang lebih baik, selain semangat, ilmu juga diperlukan. Tanpa ilmu, semangat menjadi nonsense. Dalam Islam, setiap perbuatan baik harus ada ilmunya; termasuk ada konsekuensi psikologis apa yang akan kita hadapi. Itulah mengapa Psikologi Islam menjadi penting. Jatuh bangunnya suatu masyarakat dan peradaban sangat bergantung pada pilihan manusia sendiri….

  • The Web of Forces
The web of force dibagi menjadi 4, yaitu: 1) natural force (kekuatan alami), 2) socio-structural force (kekuatan sosio-struktural), 3) group force (kekuatan lingkungan), 4) internal force (kekuatan di dalam diri), yang kesemuanya saling berpengaruh, dan mempengaruhi behavior/perilaku. Internal force merupakan anteseden langsung dari perilaku.

  • Psychology of the Force
Konsep kekuatan dalam psikologi terimplisit dalam teori motivasi (the way of behavior).
  1. Freud
Seorang psikiater Austria yang memunculkan ide psikoanalisa. Pandangannya sempat ditolak mentah-mentah oleh bangsanya sendiri. Masa kejayaan Freud tiba ketika dia pindah ke Amerika. Meskipun teorinya mengalami kontroversi yang sangat kuat, tetapi tanpa kita sadari saat ini justru teori Freud-lah yang banyak berpengaruh.
Freud meyakini bahwa perilaku manusia mengikuti pleasure principle; segala perilaku manusia tidak lain dan tidak bukan karena terjadinya kegelisahan karena ketiadaan kenikmatan, sehingga perilaku tersebut mengarah untuk tujuan mengurangi ketidaknyamanan.
  1. Maslow
Maslow menganggap bahwa jika kebutuhan kita belum terpenuhi, maka motivasi akan muncul. Oleh karena itulah, dalam dunia kerja, bukan kepuasan yang menyebabkan seseorang berprestasi. Seseorang berprestasi justru karena dia merasa belum puas.


  1. Adams



Senada dengan Maslow, Adams menganggap bukan keadilan yang membuat seseorang bertindak. Justru karena adanya ketidakadilan-lah manusia itu bertindak. Hal ini terdapat dalam teori Equity.
  1. Skinner
Skinner menganggap bahwa manusia dapat menjadi baik jika diprogram perilakunya; ada tindakan salah, maka ada hukuman, dan sebaliknya.
  1. Lewin
Perilaku manusia sesungguhnya merupakan hasil/resultan dari berbagai macam forces yang mempengaruhinya, sehingga menghasilkan perilaku. Jika teori Lewin ini kita pegang, maka kita tidak perlu lagi berdebat mengenanai nature atau nurture. Dalam Fisika kita mengenalnya sebagai besaran vektor, yaitu besaran yang memiliki massa dan arah.
Menurut Atkinson, rumus the force 1, yaitu motivasi merupakan fungsi dari motif, ekspektansi, dan insentif (Motivation= f (Motive * Expectancy * Incentive)). Sedangkan rumus the force 1 oleh Tolman yaitu Perfomance Vector = Expectancy * Incentive.
Menurut Vroom, yang menghasilkan rumus the force 2, yang menyatakan bahwa semakin tinggi ekspektansi seseorang, maka kemungkinan suksesnya akan semakin tinggi.
Diskusi hari ini ditutup dengan jawaban Pak Bagus atas pertanyaan dari beberapa peserta yang rata-rata sudah lulus S1. Diskusi menjadi sangat menarik karena para penanya merupakan orang-orang yang memang sudah ‘ekspert’ di berbagai bidang. Dan 1 pesan Pak Bagus, bahwa ilmu di dunia ini tidak akan pernah selesai, tidak akan pernah habis. Oleh karena itulah kita harus terus menggali ilmu agar bermanfaat bagi dunia ini….
Katakanlah, jika sekiranya lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula….” (Q. S. Al Kahfi: 109)
Dan seandainya pohon-pohon di muka Bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat….” (Q. S. Luqman: 27)

1 komentar:

Khoirul Ilmawan mengatakan...

Dan di dalam diri Rosululloh terdapat suri tauladan yang baik.
Terima kasih telah mampir di blog aku