Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 19 Desember 2010

jaringan islam liberal yang menggerogoti pemikiran umat islam

Setiap perjalanan dakwah Islam selalu saja ada pihak-pihak yang menjadi penghalangnya. Ketika dakwah Rasulullah SAW mulai di gencarkan di tengah-tengah masyarakat, muncul nama-nama beken macam Abu lahab dan Abu Jahal yang begitu getol merintangi dakwah Islam.

Hampir sama dengan kondisi pada saat ini, para penentang dakwah Islam kembali tampil bak burung emprit yang mengganggu tanaman padi. Mereka mencoba merusak semuanya, berbagai cara pun digunakan dengan harapan jangan sampai Islam secara utuh untuk diamalkan (kaffah).



Baru-baru ini, Islam Liberal kembali berulah dengan mengajukan permohonan uji materiil (judicial review) kepada Mahkamah Konstitusi (MK) atas UU No 1 PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Isinya, mereka menginginkan kebebasan/liberalisme dalam segala bidang, termasuk ketentuan-ketentuan dalam beragama.

Dengan itu, mereka mendukung keberadaan aliran-aliran sesat seperti Lia Eden, Ahmadiyah dan lainya, serta membuka tumbuh suburnya aliran sesat di Indonesia tentunya jika UU itu di golkan. Pengusung Islam Liberal juga biasa melontarkan slogan-slogan batil, seperti “Say no to khilafah”, “Selamatkan Indonesia dari syariah”, “Anti Syariah Islam” dan menghalang-halangi tegaknya Ideologi Islam.

Proses sipilis (Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme) di Indonesia sendiri sebenarnya muncul dengan tidak tiba-tiba, pada tahun 1970an, Nur cholis masjid tampil ke permukaan bagai pahlawan kesiangan dengan semboyan yang lumayan terkenal yakni “Islam yes, partai Islam No”. Pernah juga ia mengatakan bahwa fundamentalis agama lebih berbahaya dari narkoba. Dibelakang cak Nur berjajar nama-nama seperti Mukti Ali (menteri agama), Munawir Sadzali, Harun Nasutioan (rector IAIN syarif hidayatullah waktu itu). Para pelajar dari Indonesia dikirim ke Barat kemudian di cuci otaknya, setelah pulang membawa oleh-oleh buah pemikiran asing (sipilis).

Penyokong SIPILIS

Pada masa sekarang, proyek ini disokong oleh lembaga-lembaga internasional semacam The Asia Foundatioan,Australia Aid, USAid, Yayasan Tifa, DLL. Mereka mengucurkan dana sampai jutaan Dolar AS guna memuluskan proyek liberalisasi ini.

Tercatat beberapa lembaga yang menerima dana ini adalah: BKSPPI, JIL, PP Muhammadiyah, Wahid Institute, Fatayat NU, Fahmina Institute, Uin Alaudin Makasar, University louksumawe,MMD dikti, Balqis Women, Lakspedam NU, LPP Aisyiah, IMM, Radio 68H, Pemuda Muhammadiyah Aceh, PUSHAM UII, Pusat studi wanita UIN, LABDA, Laboratorium dakwah shalahudin, Nasyiatul Aisyiah Aceh, Ikatan Remaja Muhammadiyah, Percik, LK3, ICIP, Univ. Paramadina, LkiS, LKPMP, Majalah syir’ah, Fahmina institute dan lain-lain. (Kompilasi laporan tahun 2004, 2005, 2006, 2007: Asia Foundation, AusAid, USAID dan yayasan Tifa [Geoerge Soros], tabloid suara-islam th.2007)

Ulil Abshor sendiri pernah mengatakan kepada hidayatullah.com bahwa UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta) pun tak luput ketiban gemerincing dolar dari The Asia Foundation untuk melancarkan program liberalisasi ini. “Selain kami ada juga ormas Islam yang menerima dana dari TAF program Islam and Civil Society. Mereka itu adalah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Solo, dan Departemen Agama. Dana yang diterima JIL jauh lebih kecil daripada mereka”. Ungkap ulil.

Ketika ditanya berapa JIL mendapat kucuran dana? Koordinator Jaringan Islam Liberal itu menjawab “Setiap tahun kami mendapat sekitar Rp 1,4 milyar. Selain itu, JIL juga mendapatkan dana dari sumber-sumber domestik, Eropa, dan Amerika. Tapi yang paling besar dari TAF". (hidayatullah.com 2004).

Dr. Adian Husaini mengatakan ada tiga progam pokok liberalisasi yang di usung oleh mereka, yakni Liberalisasi dalam aqidah Islam (Pluralisme agama), liberalisasi konsep wahyu (menggugat otentisitas mushaf utsmani) dan Liberalisasi syariah dan akhlak. (Liberalisasi Islam di Indonesia, 2006).

Karena itu, kita tidak boleh menyerah, perang pemikiran (goswhul fikri) harus tetap di galakkan. Pemikiran-pemikiran bathil seperti ini sangat berbahaya jika terus-terusan dibiarkan menjalar ke tengah-tengah masyarakat. Jangan biarkan mereka melakukan inviltrasi ke organisasi-organisasi Islam seperti NU, Muhammdiyah dan lainya. Agen sipilis ini sebenarnya hanya segelintir orang, namun kelihatan banyak karena mereka mampu membeli media massa untk menggencarkan opininya.

Langkah Strategis

Adalah sangat penting kiranya umat Islam mengambil langkah-langkah strategis untuk meminimalisir dampak-dampak negatif dari kampanye SIPILIS aktivis JIL. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh diantarannya:
  1. Membina umat, dengan pemikiran Islam yang Ideologis.
  2. Menjelaskan kepada umat secara umum atas kepalsuan ide-ide selain Islam (counter opini), seperti Sekulerisme Pluralisme dan Liberalisme
  3. Melakukan dakwah yang bersifat politis dengan mengajak ummat untuk menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.
Yakinlah yang bathil pasti lenyap. Allah SWT telah menegaskan “Sebenarnya kami melemparkan yang hak (benar) kepada yang batil (tidak benar), lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu (yang batil) lenyap. (QS. 21:18). Karenanya, ketika kebenaran datang, semua yang batil akan lenyap. “Sungguh, yang batil itu pasti lenyap !” (QS. 17: 81). Wallahu a'lam bi ash shawab.

1 komentar:

insidewinme mengatakan...

Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.